Harapan tahun lalu menjadi permintaaan maaf tahun ini
Semakin sedikit kesempatanku tuk pulang ke rumah
Ku habiskan waktuku tuk membakar beberapa ingatanku
Menyisakan sakit di kepalaku, inginnya bertemu denganmu
Kita adalah wajah baru dari kegagalan
Cantik juga tampan tetapi tak memiliki kemampuan
Juga wujud nyata dari semua rasa kesepian
Mungkin belum merupakan gambaran terburuk
Kau mengumpulkan kebiasaan burukku
Yang tak sanggup lagi kau tampung
Pohon dimana biasa kita berbaring di bawahnya
Dan ingatanku, bibirmu yang berwarna merah
Kau dan aku jika mungkin ada waktu bersatu
Aku ingin terbangun dan melihatmu ada di sisiku
Saturday, 14 December 2013
[Poem] BICARA PADAKU
Silahkan saja jika kau habiskan harimu
Untuk menghitung semua dosa yang kau lakukan
Di hari lainya, kau memikirkan semua kegagalan
Atas semua yang terjadi pada hidupmu
Apabila tanganmu mulai gemetar
Akan ku genggam tangan itu erat
Bicaralah padaku,
Saat dimana kau pertahankan segalanya
Tetaplah bertahan,
Bertahanlah sebaik ku mengenalmu
Dan bila semua harapan itu hilang,
Tetaplah berjalan tuk melaluinya
Hari dimana kau merasakan kekalahan
Kekalahan yang seperti merenggut hidupmu
Saat hatimu telah memilih tuk menyerah
Dan seluruh rasa sakit yang tak dapat kau tinggalkan
Apabila tanganmu mulai dingin membeku
Ku jadikan tanganmu satu-satunya yang ku genggam
Bicaralah padaku
Untuk menghitung semua dosa yang kau lakukan
Di hari lainya, kau memikirkan semua kegagalan
Atas semua yang terjadi pada hidupmu
Apabila tanganmu mulai gemetar
Akan ku genggam tangan itu erat
Bicaralah padaku,
Saat dimana kau pertahankan segalanya
Tetaplah bertahan,
Bertahanlah sebaik ku mengenalmu
Dan bila semua harapan itu hilang,
Tetaplah berjalan tuk melaluinya
Hari dimana kau merasakan kekalahan
Kekalahan yang seperti merenggut hidupmu
Saat hatimu telah memilih tuk menyerah
Dan seluruh rasa sakit yang tak dapat kau tinggalkan
Apabila tanganmu mulai dingin membeku
Ku jadikan tanganmu satu-satunya yang ku genggam
Bicaralah padaku
[Poem] DALAM BUS
Pikiran ku selalu sepi walau ramai di luar
Berdiri dekat tiang dalam pintu bus, saat ku pulang dengan lelahku
Menyelusur mata dan pikiranku dari depan hingga belakang
Mencari sesuatu yang tak tentu
Di depan ku temui supir dengan keneknya
Yang seperti saudara saat mereka berkerja, satu pikiran dan tujuan
Yang akan saling membela saat macet tiba
Yang terus bersama hingga selesai pekerjaan mereka
Di samping kanan nya ku temui pelajar tekun
Yang terus membaca buku seolah tak peduli sekelilingnya
Yang penting buatnya hanya sekolah dan masa depanya
Tak penting buatnya apa yang dipikir sekelilingnya
Melopat ke kiri,
Melihat lelaki besar kuasai dua bangku
Cincin emas penuhi jarinya yang bercerutu
Dan hembuskan asap di sekelilingnya
Rakus, sebuah gambaran jelas pada mukanya
Tak jauh dari situ, terdapat dua pasang orang berlomba
Membahas dua tema yang berbeda mengeraskan suara mereka
Pemenang adalah pasangan dengan suara terkeras
Sepasang mengirikan perhatian pasangan lainnya
Beralih ke belakang, berdiri wanita dengan tubuh indahnya
Gelisahnya menutupi bagian terbuka tubuhnya
Benak ku berkata "kenapa berpakaian tak pantas jika kau tutupi"
Terlihat sekelilingnya lelaki yang senang dan bernafsu
Bisa menyentuh tubuh yang molek nanindah itu
Di dekatnya ku temui hal baru
Sepasang insan yang tengah dilanda cinta
Sangat mesra hingga tak peduli dengan sekelilingnya
Bercumbu di tengah ramanya bus kota
Entah akupun tidak tahu, diantara mereka itu
Cinta harta atau cinta nafsu?
Di sudut terbelakang ku temui nona hartawan
Tubuhnya yang di penuhi berlian coba tuk di sembunyikanya
Ketakutan akan ada seseorang yang mengambil hartanya
Selebihnya hanya semua orang yang lelah
Dengan semua hal dalam hidupnya
Mencoba menenang kan diri dengan beristirahat
Seolah menggambarkan semua jenis orang yang ada di kotaku
Lalu apa gambaran tentang diriku?
Seorang penumpang yang berdiri dekat tiang dalam pintu bus?
Yang mencoba perasaan orang satu persatu?
Dan mencoba mencari kesibukan hingga sampai di tujuanku
Berdiri dekat tiang dalam pintu bus, saat ku pulang dengan lelahku
Menyelusur mata dan pikiranku dari depan hingga belakang
Mencari sesuatu yang tak tentu
Di depan ku temui supir dengan keneknya
Yang seperti saudara saat mereka berkerja, satu pikiran dan tujuan
Yang akan saling membela saat macet tiba
Yang terus bersama hingga selesai pekerjaan mereka
Di samping kanan nya ku temui pelajar tekun
Yang terus membaca buku seolah tak peduli sekelilingnya
Yang penting buatnya hanya sekolah dan masa depanya
Tak penting buatnya apa yang dipikir sekelilingnya
Melopat ke kiri,
Melihat lelaki besar kuasai dua bangku
Cincin emas penuhi jarinya yang bercerutu
Dan hembuskan asap di sekelilingnya
Rakus, sebuah gambaran jelas pada mukanya
Tak jauh dari situ, terdapat dua pasang orang berlomba
Membahas dua tema yang berbeda mengeraskan suara mereka
Pemenang adalah pasangan dengan suara terkeras
Sepasang mengirikan perhatian pasangan lainnya
Beralih ke belakang, berdiri wanita dengan tubuh indahnya
Gelisahnya menutupi bagian terbuka tubuhnya
Benak ku berkata "kenapa berpakaian tak pantas jika kau tutupi"
Terlihat sekelilingnya lelaki yang senang dan bernafsu
Bisa menyentuh tubuh yang molek nanindah itu
Di dekatnya ku temui hal baru
Sepasang insan yang tengah dilanda cinta
Sangat mesra hingga tak peduli dengan sekelilingnya
Bercumbu di tengah ramanya bus kota
Entah akupun tidak tahu, diantara mereka itu
Cinta harta atau cinta nafsu?
Di sudut terbelakang ku temui nona hartawan
Tubuhnya yang di penuhi berlian coba tuk di sembunyikanya
Ketakutan akan ada seseorang yang mengambil hartanya
Selebihnya hanya semua orang yang lelah
Dengan semua hal dalam hidupnya
Mencoba menenang kan diri dengan beristirahat
Seolah menggambarkan semua jenis orang yang ada di kotaku
Lalu apa gambaran tentang diriku?
Seorang penumpang yang berdiri dekat tiang dalam pintu bus?
Yang mencoba perasaan orang satu persatu?
Dan mencoba mencari kesibukan hingga sampai di tujuanku
[Poem] UNTUKMU TEMANKU
Untukmu kau lalui jalan hidupmu walau kau coba jauhiku
Ku kan tetap di sampingmu saat kau menolehkan wajahmu
Keindahan masa kecilmu
Mata lugu bercahaya kegembiraan padamu
Keceriaan itu masih dalam genggaman mu
Saat kau bilang kita kan jadi teman selalu
Berlomba-lomba membuktikan diri
Dirimu lebih bahagia dari orang kebanyakan
Taukah kau bahwa ibumu sangat bahagia melihatmu
Saat itu aku ingin sebahagia dirimu
Memiliki dan mencintai ibumu
Aku temanmu
Sekolah masa mudamu
Dimana darah mengalir keluar sama derasnya dengan keringatmu
Hujan batu dan pisau itu coba merubuhkan tubuhmu
Saat kau bilang tuk coba bela nama sekolahmu
Tetapi kau tak tahu apa yang kau bela itu
Datang ke rumah membawa darah seolah symbol prestasimu
Taukah kau betapa khawatir ibumu padamu
Kali ini ku nasihati kau, ingatlah ibumu
Aku temanmu
Demokrasi masa mudamu
Korbankan keringat dan laparmu tuk berteriak
Menjunjung atau meruntuhkan orang tertentu
Seolah-olah orang tersebut mendengarmu
Saat kau bilang tuk bela kepentingan orang banyak
Kau tak tahu betapa pontang panting
Orang yang mencoba memperbaiki negri ini menjadi lebih baik
Dan untuk memenuhi apa yang kau ingin tersebut
Berhari-hari bermandi gas airmata
Taukah kau betapa rindunya ibumu padamu
Ku nasihati kau lagi, sayangilah ibumu
Aku temanmu
Marak supporter masa mudamu
Seolah berawal dari hal positif yang baru
Rasa simpati berlebihmu cerminkan
Seolah perbedaan adalah sebuah kecacatan
Kembali hidupmu diwarnai dengan kerusuhan
Saat kau bilang mereka atau siapapun pihak yang memulai
Entah kenapa kata maaf tak pernah terselip diantaranya
Yang menjadikan sesuatu itu seolah besar
Tolonglah untuk tidak menilai salah setelah kau berbuat salah
Taukah kau mahalnya airmata ibu yang keluar tuk mu
Ku harap terakhir ini nasihatku, cintailah ibumu
Aku temanmu
Kehampaan masa mudamu
Kau mulai lembar baru dengan niat tulus dirimu
Bersiap tuk merantau dengan restu ibumu
Mencoba mengadu nasib di tempat yang kau tak tau
Saat kau bilang, doakan aku ibu, dengan segala restu
Agar kau mempersembahkan kebanggaan tuk ibumu
Tak sengaja, kau masuk tempat gemerlap bintang
Dan ramai keramaian yang membutakan tujuanmu
Mencoba merasakan yang belum pernah kau rasakan
Dan rasakan kebahagiaan sesaat lalu terjerumus lebih dalam
Tolong jangan buat nasihatku seolah sebuah pijakan
Untuk loncat kembali masuk ke dalam jurang yang memakanmu
Sapa ku padamu,
Sayangilah hidupmu karena kau segalanya untuk ibumu
Aku temanmu, lihatlah dirimu
Ku kan tetap di sampingmu saat kau menolehkan wajahmu
Keindahan masa kecilmu
Mata lugu bercahaya kegembiraan padamu
Keceriaan itu masih dalam genggaman mu
Saat kau bilang kita kan jadi teman selalu
Berlomba-lomba membuktikan diri
Dirimu lebih bahagia dari orang kebanyakan
Taukah kau bahwa ibumu sangat bahagia melihatmu
Saat itu aku ingin sebahagia dirimu
Memiliki dan mencintai ibumu
Aku temanmu
Sekolah masa mudamu
Dimana darah mengalir keluar sama derasnya dengan keringatmu
Hujan batu dan pisau itu coba merubuhkan tubuhmu
Saat kau bilang tuk coba bela nama sekolahmu
Tetapi kau tak tahu apa yang kau bela itu
Datang ke rumah membawa darah seolah symbol prestasimu
Taukah kau betapa khawatir ibumu padamu
Kali ini ku nasihati kau, ingatlah ibumu
Aku temanmu
Demokrasi masa mudamu
Korbankan keringat dan laparmu tuk berteriak
Menjunjung atau meruntuhkan orang tertentu
Seolah-olah orang tersebut mendengarmu
Saat kau bilang tuk bela kepentingan orang banyak
Kau tak tahu betapa pontang panting
Orang yang mencoba memperbaiki negri ini menjadi lebih baik
Dan untuk memenuhi apa yang kau ingin tersebut
Berhari-hari bermandi gas airmata
Taukah kau betapa rindunya ibumu padamu
Ku nasihati kau lagi, sayangilah ibumu
Aku temanmu
Marak supporter masa mudamu
Seolah berawal dari hal positif yang baru
Rasa simpati berlebihmu cerminkan
Seolah perbedaan adalah sebuah kecacatan
Kembali hidupmu diwarnai dengan kerusuhan
Saat kau bilang mereka atau siapapun pihak yang memulai
Entah kenapa kata maaf tak pernah terselip diantaranya
Yang menjadikan sesuatu itu seolah besar
Tolonglah untuk tidak menilai salah setelah kau berbuat salah
Taukah kau mahalnya airmata ibu yang keluar tuk mu
Ku harap terakhir ini nasihatku, cintailah ibumu
Aku temanmu
Kehampaan masa mudamu
Kau mulai lembar baru dengan niat tulus dirimu
Bersiap tuk merantau dengan restu ibumu
Mencoba mengadu nasib di tempat yang kau tak tau
Saat kau bilang, doakan aku ibu, dengan segala restu
Agar kau mempersembahkan kebanggaan tuk ibumu
Tak sengaja, kau masuk tempat gemerlap bintang
Dan ramai keramaian yang membutakan tujuanmu
Mencoba merasakan yang belum pernah kau rasakan
Dan rasakan kebahagiaan sesaat lalu terjerumus lebih dalam
Tolong jangan buat nasihatku seolah sebuah pijakan
Untuk loncat kembali masuk ke dalam jurang yang memakanmu
Sapa ku padamu,
Sayangilah hidupmu karena kau segalanya untuk ibumu
Aku temanmu, lihatlah dirimu
[Poem] SESUATU YANG INGIN KUTULIS
Sesuatu yang ingin kutulis itu
Masih tersimpan didalam mulutku ketika kubicara
Masih berupa perbuatan yang tak pernah kulakukan
Masih sebuah kertas kosong di atas meja
Masih tergantung diantara angan-anganku
Sesuatu yang seharusnya kutulis itu
Mestinya tentang kehidupan diriku
Dan perasaan yang tak pernah ku ungkapkan
Tetapi masih belum terangkai kata-katanya dengan baik
Juga, itu bukan salah satu dari kebingunganku
Tapi, sesuatu yang kutulis bukan merupakan
Perpaduan kata menjadi kalimat
Jumlah titik dan tanda baca yang lainya
Memang bukan kata-kata yang menyentuh hatimu
Tapi bisa menyadarkan pada dirimu
Betapa penting sesuatu yang kutulis itu
Kuharap kau tau itu
Betapa sulitnya menulis kejujuran itu
Masih tersimpan didalam mulutku ketika kubicara
Masih berupa perbuatan yang tak pernah kulakukan
Masih sebuah kertas kosong di atas meja
Masih tergantung diantara angan-anganku
Sesuatu yang seharusnya kutulis itu
Mestinya tentang kehidupan diriku
Dan perasaan yang tak pernah ku ungkapkan
Tetapi masih belum terangkai kata-katanya dengan baik
Juga, itu bukan salah satu dari kebingunganku
Tapi, sesuatu yang kutulis bukan merupakan
Perpaduan kata menjadi kalimat
Jumlah titik dan tanda baca yang lainya
Memang bukan kata-kata yang menyentuh hatimu
Tapi bisa menyadarkan pada dirimu
Betapa penting sesuatu yang kutulis itu
Kuharap kau tau itu
Betapa sulitnya menulis kejujuran itu
[Poem] APA YANG KAU INGINKAN DARIKU
Apa yang kau inginkan dariku
Hidupku hanya sekumpulan tulang
Yang terbungkus oleh kulit dan daging
Yang dihembuskan nyawa oleh sang pencipta
Apa lagi yang kau inginkan dariku
Rumahku tak tentu di bumi
Berjuang habis-habisan tuk dapat sebungkus nasi
Dimaki oleh siang dan dicaci oleh malam
Ada lagikah yang kau inginkan dariku?
Kau ambil kebebasanku
Kau ambil cita-citaku
Kau ambil harapanku
Mungkin, lain waktu kau inginkan nyawaku
Hidupku hanya sekumpulan tulang
Yang terbungkus oleh kulit dan daging
Yang dihembuskan nyawa oleh sang pencipta
Apa lagi yang kau inginkan dariku
Rumahku tak tentu di bumi
Berjuang habis-habisan tuk dapat sebungkus nasi
Dimaki oleh siang dan dicaci oleh malam
Ada lagikah yang kau inginkan dariku?
Kau ambil kebebasanku
Kau ambil cita-citaku
Kau ambil harapanku
Mungkin, lain waktu kau inginkan nyawaku
[Poem] TAK ADA PELANGI YANG KEMBALI SINGGAH
Coba bayangkan jika langit itu dirinya
Hari-hari cerah yang biasa kulihat
Dengan rona merah di pipi sebagai pelanginya
Menutup kemungkinan bahwa kesedihan berada di sekelilingnya
Berharap bahwa awan hitam tak pernah menutupi dirinya
Lalui hari-hari indah bersamanya
Takkan bertanya kapan waktu ini akan berakhir
Namun hidupnya tak selamanya indah
Layaknya di negri dongeng yang diharapkanya
Aku masih ingat ketika awan hitam perlahan menutupinya
Mendatangkan kesedihan bertubi
Merampas segala yang dimilikinya
Menghilangkan pelangi yang tak akan kembali
Bertahun tak melihat pelangi itu
Bahkan aku sudah lupa pada warnanya
Sekarang tolong maafkan aku karena
Tak ada pelangi yang kembali singgah
Pada dirinya lagi
Hari-hari cerah yang biasa kulihat
Dengan rona merah di pipi sebagai pelanginya
Menutup kemungkinan bahwa kesedihan berada di sekelilingnya
Berharap bahwa awan hitam tak pernah menutupi dirinya
Lalui hari-hari indah bersamanya
Takkan bertanya kapan waktu ini akan berakhir
Namun hidupnya tak selamanya indah
Layaknya di negri dongeng yang diharapkanya
Aku masih ingat ketika awan hitam perlahan menutupinya
Mendatangkan kesedihan bertubi
Merampas segala yang dimilikinya
Menghilangkan pelangi yang tak akan kembali
Bertahun tak melihat pelangi itu
Bahkan aku sudah lupa pada warnanya
Sekarang tolong maafkan aku karena
Tak ada pelangi yang kembali singgah
Pada dirinya lagi
[Poem] INSOMNIA
Maaf jika aku bertanya
Sebenarnya malam itu apa?
Karena aku bisa dibuat gila karenanya
Kalau ku bilang, itu tak beda dengan siang
Hanya saja gelap, bulan, dingin, bintang
Tapi saat siang atau malam terjaga ku tetap
Ku ingin rasakan mimpi, walau hanya sekali
Jika tidak tentang diriku maka tentang orang lain
Jika tidak mimpi buruk maka mimpi indah
Entah apa yang terjadi, dengan otak ku ini
Kini sulit berfikir mungkin stress lalu gila perlahan
Ku akhiri saja insomnia ini atau apapun itu
Malam kau tidurlah biar aku yang menggantikanmu
Untuk berjaga kali ini
Sebenarnya malam itu apa?
Karena aku bisa dibuat gila karenanya
Kalau ku bilang, itu tak beda dengan siang
Hanya saja gelap, bulan, dingin, bintang
Tapi saat siang atau malam terjaga ku tetap
Ku ingin rasakan mimpi, walau hanya sekali
Jika tidak tentang diriku maka tentang orang lain
Jika tidak mimpi buruk maka mimpi indah
Entah apa yang terjadi, dengan otak ku ini
Kini sulit berfikir mungkin stress lalu gila perlahan
Ku akhiri saja insomnia ini atau apapun itu
Malam kau tidurlah biar aku yang menggantikanmu
Untuk berjaga kali ini
[Poem] SURGA
Surga itu, sesuatu yang katanya indah
Surga itu, sesuatu yang katanya sempuna
Dan surga itu, sesuatu yang katanya segala-galanya
Apakah kamu sudah pernah melihatnya?
Dalam mimpi mungkin atau kata orang-orang bilang
Aku akan memulai pencarianku dari sana
Mulailah kamu mencari dan aku mulai berangan
Tapi maaf merusak pencarianmu karena menurutku
Sempurna itu, kelebihan yang dilengkapi kekurangannya
Jika ada baik maka ada jahat, itukah sempurna?
Mungkin surga setipis dari perbedaan neraka
Seperti kesenangan tak jauhi kesedihan
Dimulai dari pencarianku, mulailah kau berfikir kembali
Aku pun mulai berangan kembali
Jadi surga itu adalah?
Sesuatu yang belum bisa ku ketahui hingga sekarang
Karena aku pun belum pernah kesana
Surga itu, sesuatu yang katanya sempuna
Dan surga itu, sesuatu yang katanya segala-galanya
Apakah kamu sudah pernah melihatnya?
Dalam mimpi mungkin atau kata orang-orang bilang
Aku akan memulai pencarianku dari sana
Mulailah kamu mencari dan aku mulai berangan
Tapi maaf merusak pencarianmu karena menurutku
Sempurna itu, kelebihan yang dilengkapi kekurangannya
Jika ada baik maka ada jahat, itukah sempurna?
Mungkin surga setipis dari perbedaan neraka
Seperti kesenangan tak jauhi kesedihan
Dimulai dari pencarianku, mulailah kau berfikir kembali
Aku pun mulai berangan kembali
Jadi surga itu adalah?
Sesuatu yang belum bisa ku ketahui hingga sekarang
Karena aku pun belum pernah kesana
[Poem] ANJING
Dia pun menggonggong menyambut tuannya datang
Berfikir akankah ia dapat makanan hari ini
Terlintas dalam benaknya kini
Gerakan apalagi yang akan memikat tuannya kali ini
Jika berhasil maka ia dapat makan
Jika tidak maka ia akan kelaparan malam ini
Ia pun bosan dengan hidupnya sendiri
Menjaga rumah tuannya setiap hari
Memelas dan meminta minta agar dapat makan
Melihat kesalahan tuannya setiap hari
Menyadari bahwa dirinya mememang seorang anjing
Berserta dengan sifatnya pun dia hidup
Terkadang dia pun berfikir tuk memberontak
Coba tuk berlari, kabur, lalu bebas di jalan
Bebas dari kekangan dan tekanan tuannya
Tapi pemikiran itu selalu gagal di benaknya
Memikirkan bagaimana nanti hidupnya di jalan
Berfikir mungkin akan kelaparan dan mati di jalan
Diantara sela-sela harinya yang terfikir hanya 2 tempat
Antara jalanan dan tempat tinggal tuannya
Tersadar dari lamunannya melihat rantai kakinya terbuka
Berfikir akankah ia dapat makanan hari ini
Terlintas dalam benaknya kini
Gerakan apalagi yang akan memikat tuannya kali ini
Jika berhasil maka ia dapat makan
Jika tidak maka ia akan kelaparan malam ini
Ia pun bosan dengan hidupnya sendiri
Menjaga rumah tuannya setiap hari
Memelas dan meminta minta agar dapat makan
Melihat kesalahan tuannya setiap hari
Menyadari bahwa dirinya mememang seorang anjing
Berserta dengan sifatnya pun dia hidup
Terkadang dia pun berfikir tuk memberontak
Coba tuk berlari, kabur, lalu bebas di jalan
Bebas dari kekangan dan tekanan tuannya
Tapi pemikiran itu selalu gagal di benaknya
Memikirkan bagaimana nanti hidupnya di jalan
Berfikir mungkin akan kelaparan dan mati di jalan
Diantara sela-sela harinya yang terfikir hanya 2 tempat
Antara jalanan dan tempat tinggal tuannya
Tersadar dari lamunannya melihat rantai kakinya terbuka
[Poem] LAGU DALAM HATIKU
La Laa Laaa Laaaa Laaaaa
Do re mi fa sol
Ku mulai laguku
Kubuat dari nada tak tentu
Yang kujadikan lagu
Fa sol la si do
Ku lanjutkan laguku
Hidupku yang tak tentu
Siang dan malam pun berlalu
Do si la sol fa
Ku teruskan laguku
Kini ku terduduk menunggu
Sebuah kepastian yang pasti tak menentu itu
Sol fa mi re do
Kuakhiri lagu
Selalu terjadi kemungkinan seperti itu
Mungkin berfikir tuk akhiri hidupku
Do re mi fa sol
Ku mulai laguku
Kubuat dari nada tak tentu
Yang kujadikan lagu
Fa sol la si do
Ku lanjutkan laguku
Hidupku yang tak tentu
Siang dan malam pun berlalu
Do si la sol fa
Ku teruskan laguku
Kini ku terduduk menunggu
Sebuah kepastian yang pasti tak menentu itu
Sol fa mi re do
Kuakhiri lagu
Selalu terjadi kemungkinan seperti itu
Mungkin berfikir tuk akhiri hidupku
[Poem] SESUATU TENTANG MANUSIA
Manusia itu mahluk yang sempurna
Memiliki kebaikan dilengkapi dengan keburukanya
Biasanya cinta itu diringi oleh benci
Juga antara pemarah ataupun pemaaf
Senangkah masih memiliki perasaan tersebut?
Cara berfikir kalian yang masih mempunyai bimbang
Setiap manusia yang takut terhadap sesuatu
Masihkah mengejar mimpi yang berbeda?
Yakin berusaha dan berharap memberhasilkanmu?
Yang berharga itu apa masih bersamamu?
Yang kau jaga dan merepotkanmu pula
Masalahmu itu letaknya pada genggaman mu
Mengertikah kenapa kalian berbeda?
Manusia, berdoalah sebanyak kau hirup nafasmu
Kau dilihat dari apa yang kau lakukan, ingatlah
Kalian mengertikan, manusia?
Manusia kalianlah manusia, Manusia kaupun manusia,
Manusia akupun manusia
Manusia tetaplah manusia
Manusia akan tetap jadi manusia
Memiliki kebaikan dilengkapi dengan keburukanya
Biasanya cinta itu diringi oleh benci
Juga antara pemarah ataupun pemaaf
Senangkah masih memiliki perasaan tersebut?
Cara berfikir kalian yang masih mempunyai bimbang
Setiap manusia yang takut terhadap sesuatu
Masihkah mengejar mimpi yang berbeda?
Yakin berusaha dan berharap memberhasilkanmu?
Yang berharga itu apa masih bersamamu?
Yang kau jaga dan merepotkanmu pula
Masalahmu itu letaknya pada genggaman mu
Mengertikah kenapa kalian berbeda?
Manusia, berdoalah sebanyak kau hirup nafasmu
Kau dilihat dari apa yang kau lakukan, ingatlah
Kalian mengertikan, manusia?
Manusia kalianlah manusia, Manusia kaupun manusia,
Manusia akupun manusia
Manusia tetaplah manusia
Manusia akan tetap jadi manusia
Sunday, 3 November 2013
[Poem] TUHAN KITA HARUS BICARA
Sebelumnya tolong maafkan semua kelancangan ku
Dan tuhan kita harus berbicara
Tentang sesuatu atau banyak hal
Setelah itu ijinkan ku bertanya?
Pertama, manusia itu sempurna, iya kan?
Lalu dapatkah kau menjelaskan apa itu kekurangan
Kedua, dua sisi itu bertentangan, iya kan?
Apakah akan selalu begitu
Ketiga, manusia itu ciptaanmu kan?
Apakah kau menanggung kesalahannya
Keempat, berapa kemungkinan menjadi lebih baik?
Selalukah berbanding terbalik pada menjadi buruk
Semisal kau sudah tahu bagaimana akhir dari semua ini?
Jika boleh aku ingin mengetahuinya juga
Tuhan, ku harap hidupku bukan sebuah permainan
Permainan yang mungkin di mainkan olehmu saja
Tuhan jika aku dapat bisa bertemu langsung denganmu
Ingin kutanyakan langsung pertanyaan itu
Dan tuhan kita harus berbicara
Tentang sesuatu atau banyak hal
Setelah itu ijinkan ku bertanya?
Pertama, manusia itu sempurna, iya kan?
Lalu dapatkah kau menjelaskan apa itu kekurangan
Kedua, dua sisi itu bertentangan, iya kan?
Apakah akan selalu begitu
Ketiga, manusia itu ciptaanmu kan?
Apakah kau menanggung kesalahannya
Keempat, berapa kemungkinan menjadi lebih baik?
Selalukah berbanding terbalik pada menjadi buruk
Semisal kau sudah tahu bagaimana akhir dari semua ini?
Jika boleh aku ingin mengetahuinya juga
Tuhan, ku harap hidupku bukan sebuah permainan
Permainan yang mungkin di mainkan olehmu saja
Tuhan jika aku dapat bisa bertemu langsung denganmu
Ingin kutanyakan langsung pertanyaan itu
[Poem] SAKIT
Masih terlalu dalam dan entah kenapa tak mau pergi
Masih terasa seakan masih baru
Kesalahan yang saat itu kubuat sendiri
Kini makin besar dan mengeras
Coba tuk bebaskan diri dari semua ini
Racun kehidupan pada diriku sendiri
Yang tersisa hanya dua pilihan
Pertama, maukah hidup dengan rasa sakit ini
Kedua, mungkin lebih baik menunggu mati
Hari ini kubuatkan karangan bunga untukku sendiri
Esok ku siapkan tempat terakhirku di bumi
Sudah bosan berfikir di sekitar khayalanku
Tak kuat menahan sesuatu yang nyata
Kalau sudah tiba waktunya akan kukatakan
Terima kasih untuk semuanya
Masih terasa seakan masih baru
Kesalahan yang saat itu kubuat sendiri
Kini makin besar dan mengeras
Coba tuk bebaskan diri dari semua ini
Racun kehidupan pada diriku sendiri
Yang tersisa hanya dua pilihan
Pertama, maukah hidup dengan rasa sakit ini
Kedua, mungkin lebih baik menunggu mati
Hari ini kubuatkan karangan bunga untukku sendiri
Esok ku siapkan tempat terakhirku di bumi
Sudah bosan berfikir di sekitar khayalanku
Tak kuat menahan sesuatu yang nyata
Kalau sudah tiba waktunya akan kukatakan
Terima kasih untuk semuanya
[Poem] PHOTO
Semua kenangan hidupku pada hari itu
Semua ingatanku yang telah lalu
Tak ada kebohongan pada gambar itu
Dia bagaikan jendela yang kuingat selalu
Nostalgia pada setiap sudut-sudut itu
Yang mungkin tak akan lekang oleh waktu
Diantara masa-masa tuaku
Ku dapat melihat muda ku
Masa kecilku
Ingatan-ingatan ku
Akan sempurna oleh hal itu
Aku tak akan pernah melupakan ingatan-ingatan ku
Ku bukukan hal itu menjadi satu
Ku simpan buku itu antara ingatanku
Dalam lemari nostalgiaku
Semua ingatanku yang telah lalu
Tak ada kebohongan pada gambar itu
Dia bagaikan jendela yang kuingat selalu
Nostalgia pada setiap sudut-sudut itu
Yang mungkin tak akan lekang oleh waktu
Diantara masa-masa tuaku
Ku dapat melihat muda ku
Masa kecilku
Ingatan-ingatan ku
Akan sempurna oleh hal itu
Aku tak akan pernah melupakan ingatan-ingatan ku
Ku bukukan hal itu menjadi satu
Ku simpan buku itu antara ingatanku
Dalam lemari nostalgiaku
[Poem] KEPADA BAPAK DAN IBU
Kenapa aku belum bisa menghitung
Berapa banyak yang telah kau berikan padaku
Dari dulu hingga sekarang ini
Kepada bapak dan ibu
Yang mengajarkan ketidaktahuan ku
Kenapa aku belum bisa menghargai
Bahwa dirimulah yang telah membesarkanku
Dengan penuh kasih sayang
Kepada bapak dan ibu aku tak mengerti mengapa
Kau mau mengorbankan segala sesuatu untuku
Kenapa aku belum sempat berterimakasih
Karena telah melahirkanku
Dari darah dan dagingmu sendiri
Kepada bapak dan ibu
Bisakah aku membalas semua hal itu
Kepada bapak dan ibu bisakah
Suatu saat aku menjadi seperti dirimu
Berapa banyak yang telah kau berikan padaku
Dari dulu hingga sekarang ini
Kepada bapak dan ibu
Yang mengajarkan ketidaktahuan ku
Kenapa aku belum bisa menghargai
Bahwa dirimulah yang telah membesarkanku
Dengan penuh kasih sayang
Kepada bapak dan ibu aku tak mengerti mengapa
Kau mau mengorbankan segala sesuatu untuku
Kenapa aku belum sempat berterimakasih
Karena telah melahirkanku
Dari darah dan dagingmu sendiri
Kepada bapak dan ibu
Bisakah aku membalas semua hal itu
Kepada bapak dan ibu bisakah
Suatu saat aku menjadi seperti dirimu
[Poem] WAKTU
Apakah kau tahu apa itu waktu?
Waktu itu?
Sesuatu yang tak kembali
Dia berjalan seiring detak jantungmu
Dan kau akan terus mendengarnya berdetik
Waktu ini?
Hasil dari apa yang ku perjuangkan
Harapan untuk sesuatu yang kucapai
Kenyataan yang harus ku lalui
Waktu ku?
Adalah sesuatu yang berjalan diantara ke sia-siaan ku
Ialah sela diantara penyesalan-penyesalan ku
Yaitu sesuatu yang menyelinap diantara kesibukanku
Suatu lubang diantara hari-hari ku
Dan salah satu yang belum kuhargai hingga kini
Waktu mu?
Sesuatu yang akan kau tentukan sendiri
Waktu itu?
Sesuatu yang tak kembali
Dia berjalan seiring detak jantungmu
Dan kau akan terus mendengarnya berdetik
Waktu ini?
Hasil dari apa yang ku perjuangkan
Harapan untuk sesuatu yang kucapai
Kenyataan yang harus ku lalui
Waktu ku?
Adalah sesuatu yang berjalan diantara ke sia-siaan ku
Ialah sela diantara penyesalan-penyesalan ku
Yaitu sesuatu yang menyelinap diantara kesibukanku
Suatu lubang diantara hari-hari ku
Dan salah satu yang belum kuhargai hingga kini
Waktu mu?
Sesuatu yang akan kau tentukan sendiri
[Poem] KOTAKU
Kotaku gedung-gedung bertingkat
Yang dimana mana sumber malapetaka
Kotaku bintang-bintang gemerlap
Yang di setiap tempat wanita malam berkeliaran
Kotaku tawa riang anak pejabat
Yang berhasil menggusur rumah orang-orang pinggiran
Kotaku jalan mobil-mobil mewah
Yang di setiap sisi tempat menagis anak jalanan
Kotaku rumah orang-orang kaya
Yang dimana mana ada pencurinya
Kotaku impian banyak orang
Yang sudah datang, mereka ingin pulang
Lain waktu dan kesempatan ingatkan aku untuk menuliskan
Semua kebaikan yang ada di kotaku
Yang dimana mana sumber malapetaka
Kotaku bintang-bintang gemerlap
Yang di setiap tempat wanita malam berkeliaran
Kotaku tawa riang anak pejabat
Yang berhasil menggusur rumah orang-orang pinggiran
Kotaku jalan mobil-mobil mewah
Yang di setiap sisi tempat menagis anak jalanan
Kotaku rumah orang-orang kaya
Yang dimana mana ada pencurinya
Kotaku impian banyak orang
Yang sudah datang, mereka ingin pulang
Lain waktu dan kesempatan ingatkan aku untuk menuliskan
Semua kebaikan yang ada di kotaku
[Poem] AIR MATA PURNAMA
Sang purnama baru datang dari senja
Meneteskan air mata, melihat seorang ibu tua berdoa
Mengetahui apa yang ada di pikiranya
Purnama pun berkata
Seorang ibu tua berdoa dalam senyumnya
Sang anak pun tertidur dengan senyumnya
Sang ibu berdoa dalam pikiranya
Anaknya sudah kunjung dewasa
Sang ibu berdoa dalam air matanya
Dia pergi merantau menuju kota
Sang ibu berdoa dalam hatinya
Harapkan sang anak pulang ke pelukanya
Sang ibu berdoa dalam mimpinya
Ternyata sang anak telah durhaka
Sang ibu berdoa di samping anaknya
Anaknya kini sudah meninggal dunia
Purnama mengetahui semua
Purnama terus meneteskan air mata
Purnama melewati malamnya hingga pagi tiba
Tersadar purnama hidupnya terlalu singkat baginya
Meneteskan air mata, melihat seorang ibu tua berdoa
Mengetahui apa yang ada di pikiranya
Purnama pun berkata
Seorang ibu tua berdoa dalam senyumnya
Sang anak pun tertidur dengan senyumnya
Sang ibu berdoa dalam pikiranya
Anaknya sudah kunjung dewasa
Sang ibu berdoa dalam air matanya
Dia pergi merantau menuju kota
Sang ibu berdoa dalam hatinya
Harapkan sang anak pulang ke pelukanya
Sang ibu berdoa dalam mimpinya
Ternyata sang anak telah durhaka
Sang ibu berdoa di samping anaknya
Anaknya kini sudah meninggal dunia
Purnama mengetahui semua
Purnama terus meneteskan air mata
Purnama melewati malamnya hingga pagi tiba
Tersadar purnama hidupnya terlalu singkat baginya
[Poem] UNTUK DUKA
Hari ini tambah sepi, tambah mati
Membeku suram dingin disini
Akankah matahari bersinar kali ini
Langit dan laut tak biru lagi, kini hitam
Daun menguning lalu gugur
Tak boleh ada air mata lagi ini hari
Langkahku berat mungkin terhenti
Jika tersandung mungkin terjatuh
Sudah terlalu banyak air mata yang keluar hari ini
Sudah terlalu berat luka ini kutanggung
Cepatlah berakhir aku tidak ingin semua ini terjadi lagi
Perbuatanku sia-sia dengan membuat sesuatu
Yang akan ku tinggal pergi
Sebenarnya untuk apa?
Membekaskan luka hingga ke tulang sumsum
Ada sesuatu yang berat ku tanggung
Setiap kali bersapa dengan duka
Selamat tinggal
Mungkin suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi
Membeku suram dingin disini
Akankah matahari bersinar kali ini
Langit dan laut tak biru lagi, kini hitam
Daun menguning lalu gugur
Tak boleh ada air mata lagi ini hari
Langkahku berat mungkin terhenti
Jika tersandung mungkin terjatuh
Sudah terlalu banyak air mata yang keluar hari ini
Sudah terlalu berat luka ini kutanggung
Cepatlah berakhir aku tidak ingin semua ini terjadi lagi
Perbuatanku sia-sia dengan membuat sesuatu
Yang akan ku tinggal pergi
Sebenarnya untuk apa?
Membekaskan luka hingga ke tulang sumsum
Ada sesuatu yang berat ku tanggung
Setiap kali bersapa dengan duka
Selamat tinggal
Mungkin suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi
[Poem] PERTANYAAN
Entah mengapa aku mau menunggunya selama ini
Sudah bertahun lamanya tak terjawab
Ingatkah kau dengan hari itu?
Disaat purnama merebahkan dirinya pada sehelai dahan
Bersamaan dengan tarian bintang di atas air
Dimana kau terdiam membisu
Ku bertanya padamu saat itu
Apakah kau mencintaiku dengan setulus hatimu?
Sepi pun menyela
Kali ini ku bertemu kembali denganmu
Kau bertanya, apakah aku masih mencintaimu?
Kembali ku bertanya, sesuatu hal yang tak terjawab olehmu
Masih ingatkah kau pada hari itu?
Kali ini kau hanya tertunduk
Dan mengeluarkan air matamu
Walaupun kau tahu bulan di atas sana
Tak akan menangis untukmu
Esok jika kita bertemu kembali
Aku tak akan bertanya padamu
Sesuatu yang tak terjawab olehmu
Sudah bertahun lamanya tak terjawab
Ingatkah kau dengan hari itu?
Disaat purnama merebahkan dirinya pada sehelai dahan
Bersamaan dengan tarian bintang di atas air
Dimana kau terdiam membisu
Ku bertanya padamu saat itu
Apakah kau mencintaiku dengan setulus hatimu?
Sepi pun menyela
Kali ini ku bertemu kembali denganmu
Kau bertanya, apakah aku masih mencintaimu?
Kembali ku bertanya, sesuatu hal yang tak terjawab olehmu
Masih ingatkah kau pada hari itu?
Kali ini kau hanya tertunduk
Dan mengeluarkan air matamu
Walaupun kau tahu bulan di atas sana
Tak akan menangis untukmu
Esok jika kita bertemu kembali
Aku tak akan bertanya padamu
Sesuatu yang tak terjawab olehmu
[Poem] SELAMAT TINGGAL PAGI
Malam itu ku disana
Kabut serta mengiringi langkah
Setiap detik tak berarti menggelincir antara siang dan malam
Entah kenapa aku tak bisa menghentikan hal itu
Dalam duniaku datang dan pergi silih berganti
Kesenangan dan kebahagiaan tak pernah meraja
Sebenarnya diantara mereka
Aku ada
Disebuah sudut yang mereka tak inginkan
Semua angan yang sudah kuciptakan
Sekarang coba tuk membawaku dalam dunianya
Dan jika aku tak bisa bertahan disini
Mungkin aku akan terhempas ke dunianya
Dunia yang berbau mimpi dan tenggelam lebih dalam
Untuk terakhir kalinya
Sampaikan salamku pada pagi
Mungkin dia akan merindukanku nanti
“Selamat tinggal pagi”
Kabut serta mengiringi langkah
Setiap detik tak berarti menggelincir antara siang dan malam
Entah kenapa aku tak bisa menghentikan hal itu
Dalam duniaku datang dan pergi silih berganti
Kesenangan dan kebahagiaan tak pernah meraja
Sebenarnya diantara mereka
Aku ada
Disebuah sudut yang mereka tak inginkan
Semua angan yang sudah kuciptakan
Sekarang coba tuk membawaku dalam dunianya
Dan jika aku tak bisa bertahan disini
Mungkin aku akan terhempas ke dunianya
Dunia yang berbau mimpi dan tenggelam lebih dalam
Untuk terakhir kalinya
Sampaikan salamku pada pagi
Mungkin dia akan merindukanku nanti
“Selamat tinggal pagi”
Saturday, 5 October 2013
[Poem] PENJAGA MALAM
Rembulan temanilah aku kali ini
Hempaskan selendang kabut yang menutupi wajahmu
Yang menebal tak menentu itu
Kau harus tetap disini walaupun siang nanti
Ku tak mau matahari dia terlalu keras menyinari bumi
Kau sekarang juga sendiri disini
Lihatlah langitmu meredup bintang menghilang
Aku adalah penjaga malam yang selalu menunggu cinta datang
Ku mulai terbiasa pada semua masalah dalam hidupku
Rembulan tetaplah disini
Sampai kau menghilang nanti
Hempaskan selendang kabut yang menutupi wajahmu
Yang menebal tak menentu itu
Kau harus tetap disini walaupun siang nanti
Ku tak mau matahari dia terlalu keras menyinari bumi
Kau sekarang juga sendiri disini
Lihatlah langitmu meredup bintang menghilang
Aku adalah penjaga malam yang selalu menunggu cinta datang
Ku mulai terbiasa pada semua masalah dalam hidupku
Rembulan tetaplah disini
Sampai kau menghilang nanti
[Poem] HILANG
Ku lihat matahari akan hilang
Cinta juga mulai meredup di dada
Ku berkata, ku hilang rupa
Di air hilang bentuk dalam kabut
Semua yang bergerak coba tuk mendekat pun hilang
Diriku yang dulu juga sudah hilang
Mungkin sudah terbang terbawa angan
Malam pun terjaga
Tanpa bulan dan bintang yang biasa mendampinginya
Suara yang memanggilku di setiap sudut hati pun tak ada
Bayanganku sendiri pun sudah meninggalkan ku
Sepi pun mulai berkuasa
Kata dan makna pun hilang perlahan
Dan ku memikirkan yang hilang, kemanakah mereka?
Semua hilang, hanya tinggal khayalan
Khayalan masih terus saja terjaga
Cinta juga mulai meredup di dada
Ku berkata, ku hilang rupa
Di air hilang bentuk dalam kabut
Semua yang bergerak coba tuk mendekat pun hilang
Diriku yang dulu juga sudah hilang
Mungkin sudah terbang terbawa angan
Malam pun terjaga
Tanpa bulan dan bintang yang biasa mendampinginya
Suara yang memanggilku di setiap sudut hati pun tak ada
Bayanganku sendiri pun sudah meninggalkan ku
Sepi pun mulai berkuasa
Kata dan makna pun hilang perlahan
Dan ku memikirkan yang hilang, kemanakah mereka?
Semua hilang, hanya tinggal khayalan
Khayalan masih terus saja terjaga
[Poem] LAMPU PIJAR DI TENGAH KOTA
Sebuah lampu pijar di tengah kota
Sedang mengeru-erukan cita-citanya
Dia berkata
“Ku ingin menerangi dunia
Ku sudah berada lebih lama di sini dari pada manusia
Manusia yang hanya memikirkan diri mereka
Dan aku mengetahui lebih banyak peristiwa dari pada mereka”
“Ku ingin menerangi dunia”
“Ku tahu dunia tak bahagia
Setelah apa yang sudah dialaminya
Maka aku akan meneranginya
Ketika matahari tak mampu lagi bercahaya”
“Ku ingin menerangi dunia”
Tak henti-hentinya menyuara, Mereduplah cahayanya
Tak kuat menahan lelahnya, Mereduplah kota
Lampu pijar tenggelam dalam khayalanya
Sedang mengeru-erukan cita-citanya
Dia berkata
“Ku ingin menerangi dunia
Ku sudah berada lebih lama di sini dari pada manusia
Manusia yang hanya memikirkan diri mereka
Dan aku mengetahui lebih banyak peristiwa dari pada mereka”
“Ku ingin menerangi dunia”
“Ku tahu dunia tak bahagia
Setelah apa yang sudah dialaminya
Maka aku akan meneranginya
Ketika matahari tak mampu lagi bercahaya”
“Ku ingin menerangi dunia”
Tak henti-hentinya menyuara, Mereduplah cahayanya
Tak kuat menahan lelahnya, Mereduplah kota
Lampu pijar tenggelam dalam khayalanya
[Poem] DIBALIK HUJAN KALI INI
Kelam di dalam
Di balik jendela kulihat sebuah kenangan hampa
Hujan turun membawa duka yang lalu
Menjadi buih dan ombak di hati
Yang mencoba memukul berkali kali
Gemercik membuat semua menjadi nyata
Mengguyur hati membangunkan kisah yang sudah pergi
Barisan suara petir mengalun bersamaan
Menggema di seluruh sisi jiwa
Kau mungkin bisa riang sendiri sekarang
Ku terdampar dalam kelam sendiri
Dan aku,
Memang seharusnya begini setiap kali coba tuk cintai
Di balik hujan kali ini beribu kisah menjelma di dalam mimpi
Di balik jendela kulihat sebuah kenangan hampa
Hujan turun membawa duka yang lalu
Menjadi buih dan ombak di hati
Yang mencoba memukul berkali kali
Gemercik membuat semua menjadi nyata
Mengguyur hati membangunkan kisah yang sudah pergi
Barisan suara petir mengalun bersamaan
Menggema di seluruh sisi jiwa
Kau mungkin bisa riang sendiri sekarang
Ku terdampar dalam kelam sendiri
Dan aku,
Memang seharusnya begini setiap kali coba tuk cintai
Di balik hujan kali ini beribu kisah menjelma di dalam mimpi
[Poem] MENEMUKAN CINTA DI PERSIMPANGAN HATI
Ku bertemu denganya
Di persimpangan, matahari mulai meredupkan sinarnya
Wajahnya tersiram oleh sinar purnama
Ada kenangan terkubur yang kembali terbuka
Di dalam jantungku, darah mulai mempercepat langkahnya
Ada berbekas kata kata di dalam dada
Tetapi hatiku enggan berkata
Hanya sempat bertatap mata
Pertemuan yang sedetik saja
Jadi seribu tahun lamanya
Ku ingin bertahan lebih lama di sana
Tapi tak bisa, karena dia
Pergi begitu saja tanpa berkata
Di persimpangan, matahari mulai meredupkan sinarnya
Wajahnya tersiram oleh sinar purnama
Ada kenangan terkubur yang kembali terbuka
Di dalam jantungku, darah mulai mempercepat langkahnya
Ada berbekas kata kata di dalam dada
Tetapi hatiku enggan berkata
Hanya sempat bertatap mata
Pertemuan yang sedetik saja
Jadi seribu tahun lamanya
Ku ingin bertahan lebih lama di sana
Tapi tak bisa, karena dia
Pergi begitu saja tanpa berkata
[Poem] KU DUDUK TERMENUNG DI SINI
Ku masih sendiri di sini
Termenung akan lamunanku sendiri
Mendengar apa yang bisa kudengar
Dan melihat apa yang bisa kulihat
Duduk sendiri di sini
Di tanah gersang, lapang, tak berpenghuni
Udara panas merontokkan daun kering
Menghembuskan debu dan pasir
Terbangkan angan yang entah kemana
Langit tak cerah, awan hitam menutup sudah cahya
Membuat bayangan diriku meredup
Masih tetap sendiri di sini
Sekarang, jadi bising!
Bosan dengar hingar bingar kehidupan kota
Dan tawa riang yang mengawali sebuah malapetaka
Tidak ada lagi yang ada di sini
Gedung gedung tinggi itu
Mempersempit setiap gang yang ada di sini
Mereka yang terbuang ada di sini
Dan tetap saja ku masih sendiri di sini
Termenung dengan lamunanku sendiri yang tiada henti
Termenung akan lamunanku sendiri
Mendengar apa yang bisa kudengar
Dan melihat apa yang bisa kulihat
Duduk sendiri di sini
Di tanah gersang, lapang, tak berpenghuni
Udara panas merontokkan daun kering
Menghembuskan debu dan pasir
Terbangkan angan yang entah kemana
Langit tak cerah, awan hitam menutup sudah cahya
Membuat bayangan diriku meredup
Masih tetap sendiri di sini
Sekarang, jadi bising!
Bosan dengar hingar bingar kehidupan kota
Dan tawa riang yang mengawali sebuah malapetaka
Tidak ada lagi yang ada di sini
Gedung gedung tinggi itu
Mempersempit setiap gang yang ada di sini
Mereka yang terbuang ada di sini
Dan tetap saja ku masih sendiri di sini
Termenung dengan lamunanku sendiri yang tiada henti
[Poem] CERITA MEREKA
Mereka semua yang terbaring disana
Dulu mereka punya cerita
Cerita tentang negri dan anak cucu mereka
Garisan awan putih di angkasa. Negriku kering kerontang
Jadikan medan pertempuran para pembela negri
Ledakan demi ledakan. Negriku hangus terbakar
Jadikan lautan api kota dan rumah kami
Tembakan demi tembakan. Lautan mayat saudaraku terhampar
Tempat dimana jasa para mayat pembela negri
Mereka semua yang terbaring disana
Dulu mereka punya cerita
Cerita tentang perebutan kembali kemerdekaan negri mereka
Kalian yang sekarang dapat bercerita
Kepada anak cucu kalian tentang perjuangan kemerdekaan
Kalian yang sekarang dapat berkata
Bahwa negrinya kini sudah merdeka
Kalian semua yang sekarang
Seharusnya takkan lupa
Tentang tumpah darah negri kalian
Kalian semua yang terbaring disana
Dulu pernah bercerita kepada anak cucunya
Tentang perjuangan negri mereka
Tentang tumpah darah anak cucu mereka
Tentang kemerdekaan negri mereka
Dulu mereka punya cerita
Cerita tentang negri dan anak cucu mereka
Garisan awan putih di angkasa. Negriku kering kerontang
Jadikan medan pertempuran para pembela negri
Ledakan demi ledakan. Negriku hangus terbakar
Jadikan lautan api kota dan rumah kami
Tembakan demi tembakan. Lautan mayat saudaraku terhampar
Tempat dimana jasa para mayat pembela negri
Mereka semua yang terbaring disana
Dulu mereka punya cerita
Cerita tentang perebutan kembali kemerdekaan negri mereka
Kalian yang sekarang dapat bercerita
Kepada anak cucu kalian tentang perjuangan kemerdekaan
Kalian yang sekarang dapat berkata
Bahwa negrinya kini sudah merdeka
Kalian semua yang sekarang
Seharusnya takkan lupa
Tentang tumpah darah negri kalian
Kalian semua yang terbaring disana
Dulu pernah bercerita kepada anak cucunya
Tentang perjuangan negri mereka
Tentang tumpah darah anak cucu mereka
Tentang kemerdekaan negri mereka
[Poem] SANGSAKA
Kini warnanya, bukan berwarna merah
Bukan pula berwarna putih
Warnanya kini hitam, makin kelam, makin berdebu
Bila tak lagi berani juga tak lagi suci
Cerminan atas fatamorgana di padang pasir
Mungkin sebelumnya, ketika aku belum dilahirkan
Ia melebihi dari segala-galanya
Dimana akan kusimpan sangsaka ini?
Jika kini kami tidak punya keberanian lagi
Jika kini suci yang telah ternodai
Dan jika kau tahu beritahu aku?
Bila ini hancur, kemana mau di bawa pergi?
Jika ini boleh ada di pasar mungkin diantara gerobokan
Aku memilih tempat emperan stasiun menghitung kereta lalu lalang
Atau tuk tutupi mayat di kamar mayat
Kemana akan kubawa pergi sekarang ini?
Dimana akan kusimpan jika warnanya bukan merah dan putih lagi?
Namun, Biar luka kembali melebar
Ataupun darah kembali keluar
Kami akan coba, cerahkan lagi sangsaka kami
Sangsaka Merah Putih
Bukan pula berwarna putih
Warnanya kini hitam, makin kelam, makin berdebu
Bila tak lagi berani juga tak lagi suci
Cerminan atas fatamorgana di padang pasir
Mungkin sebelumnya, ketika aku belum dilahirkan
Ia melebihi dari segala-galanya
Dimana akan kusimpan sangsaka ini?
Jika kini kami tidak punya keberanian lagi
Jika kini suci yang telah ternodai
Dan jika kau tahu beritahu aku?
Bila ini hancur, kemana mau di bawa pergi?
Jika ini boleh ada di pasar mungkin diantara gerobokan
Aku memilih tempat emperan stasiun menghitung kereta lalu lalang
Atau tuk tutupi mayat di kamar mayat
Kemana akan kubawa pergi sekarang ini?
Dimana akan kusimpan jika warnanya bukan merah dan putih lagi?
Namun, Biar luka kembali melebar
Ataupun darah kembali keluar
Kami akan coba, cerahkan lagi sangsaka kami
Sangsaka Merah Putih
Sunday, 29 September 2013
[Tale] Gadis Bermulut Lebar (Kuchisake Onna)
Suatu hari, aku pulang terlambat karena harus menyiapkan pameran sekolah yang akan berlangsung minggu depan. Sudah pukul 17:10, aku ingin secepatnya sampai dirumah makanya aku mengambil jalan yang tidak biasa aku lalui. Karena jalan ini bisa dibilang jalan pintas namun sangat sepi. Aku berbelok ke jalan disamping toko tahu, dan tak jauh dari situ ada tembok bata merah. Didepanya berdiri seorang gadis berbaju merah yang sedang mengahadap ke sebrang. Ketika aku sampai didekatnya, tiba-tiba ia berbalik.
Saturday, 28 September 2013
Sunday, 15 September 2013
[Tale] Si Jubah Merah
Di suatu desa dekat sungai besar Row. Tinggalah seorang gadis manis yang baik budinya, bernama Arine. Karena kepribadiannya yang baik, maka ia sangat di cintai semua orang terlebih lagi ibu dan neneknya. Suatu hari Arine berulang tahun. Ia merayakanya bersama ibunya, dengan kue-kue mentega buatan ibunya. Apalagi Arine sangat bahagia saat mendapat kiriman hadiah dari neneknya, sebuah jubah rajut merah bertopi yang indah. Neneknya sangat pandai merajut. Ia mendapat banyak pujian saat ia memakai jubah merah itu, hingga semua orang menjulukinya Si Jubah Merah.
[VIDEO] Despicable Me: Funny Agnes Compilation
Siapa yang suka Agnes *ngacung*, itu loh, anak kecil dalam film Despicable Me. Agnes adalah anak yatim piatu yang diadopsi oleh Gru, seorang yang terobsesi ingin menjadi penjahat terbaik di dunia. Agnes diadopsi bersama dua anak lain Edith dan Margo. Ini anak lucu banget tingkahnya, makanya ane bikin kompilasi bagian-bagian lucunya Agnes. Selamat menonton ^_^.
Saturday, 14 September 2013
Logo Design
Sunday, 1 September 2013
[TALE] Bunga Kaca Piring
SD A terletak di tengah kota menghadap ke semenanjung lautan. Bagian belakangnya adalah gunung kecil yang membentang panjang, maka saat musim dingin pun tetap hangat. Di kota ini, bunga-bunga selalu bermekaran sepanjang tahun. Sungguh menyenangkan bertempat tinggal di sini, dimana ada laut dan gunung sebagai latarnya. Tetapi ada sedikit cerita seram disini, tentang bunga Kaca Piring di samping gerbang sekolah barat.
[TALE] Itik Buruk Rupa
Musim dingin hampir usai, cuaca mulai menghangat. Di dekat sebuah kolam di pinggir kota, terdengar suara anak-anak itik yang sedang gembira bermain. Kwek... Kwek... Kwek...
"Satu dan, dua dan, tiga....wah anak-anakku yang lucu dan manis, kalian sudah menetas," kata ibu itik dengan bangga. Namun ada sebutir telur yang belum menetas. Terlihat ada sebuah retakan besar pada cangkang telurnya. Ibu itik menjadi panik dan cemas. Ia pandangi telurnya yang besar itu, lalu kembali mengahangatkanya, namun telurnya itu tak kunjung menetas.
[VIDEO] Happy Tree Friends - Stealing the Spotlight Blurb
If you don't have strong enough. I recommend, don't watch this video...
[PICTURE] My Great Family
Kalian semua pasti juga menganggap keluarga adalah salah unsur terpenting yang harus ada di dunia ini?? *cung yang setuju*.
This is my Beloved Family Picture.
This is my Beloved Family Picture.
[TALE] Enam Keanehan Sekolah Baru
Sebuah sekolah tua yang terletak di kota Tokyo, sudah bertransformasi menjadi sebuah bangunan sekolah modern yang terbuat dari beton besi. Saat sekolah tersebut masih merupakan gedung sekolah lama yang terbuat dari kayu, banyak sekali cerita-cerita yang menakutkan diantaranya adalah pintu kamar mandi nomor 3 yang tidak bisa terbuka dan tangan merah yang keluar dari dalamnya. Namun, karena sekarang gedung sekolah tua itu sudah di bangun kembali mungkin cerita-cerita itu sudah tidak ada, tapi...
Subscribe to:
Posts (Atom)