Header

Header

Sunday, 3 November 2013

[Poem] TUHAN KITA HARUS BICARA

Sebelumnya tolong maafkan semua kelancangan ku
Dan tuhan kita harus berbicara
Tentang sesuatu atau banyak hal
Setelah itu ijinkan ku bertanya?

Pertama, manusia itu sempurna, iya kan?
Lalu dapatkah kau menjelaskan apa itu kekurangan
Kedua, dua sisi itu bertentangan, iya kan?
Apakah akan selalu begitu
Ketiga, manusia itu ciptaanmu kan?
Apakah kau menanggung kesalahannya
Keempat, berapa kemungkinan menjadi lebih baik?
Selalukah berbanding terbalik pada menjadi buruk
Semisal kau sudah tahu bagaimana akhir dari semua ini?
Jika boleh aku ingin mengetahuinya juga

Tuhan, ku harap hidupku bukan sebuah permainan
Permainan yang mungkin di mainkan olehmu saja
Tuhan jika aku dapat bisa bertemu langsung denganmu
Ingin kutanyakan langsung pertanyaan itu

[Poem] SAKIT

Masih terlalu dalam dan entah kenapa tak mau pergi
Masih terasa seakan masih baru
Kesalahan yang saat itu kubuat sendiri
Kini makin besar dan mengeras
Coba tuk bebaskan diri dari semua ini
Racun kehidupan pada diriku sendiri
Yang tersisa hanya dua pilihan

Pertama, maukah hidup dengan rasa sakit ini
Kedua, mungkin lebih baik menunggu mati

Hari ini kubuatkan karangan bunga untukku sendiri
Esok ku siapkan tempat terakhirku di bumi
Sudah bosan berfikir di sekitar khayalanku
Tak kuat menahan sesuatu yang nyata
Kalau sudah tiba waktunya akan kukatakan
Terima kasih untuk semuanya

[Poem] PHOTO

Semua kenangan hidupku pada hari itu
Semua ingatanku yang telah lalu
Tak ada kebohongan pada gambar itu
Dia bagaikan jendela yang kuingat selalu
Nostalgia pada setiap sudut-sudut itu
Yang mungkin tak akan lekang oleh waktu
Diantara masa-masa tuaku
Ku dapat melihat muda ku
Masa kecilku
Ingatan-ingatan ku
Akan sempurna oleh hal itu
Aku tak akan pernah melupakan ingatan-ingatan ku
Ku bukukan hal itu menjadi satu
Ku simpan buku itu antara ingatanku
Dalam lemari nostalgiaku

[Poem] KEPADA BAPAK DAN IBU

Kenapa aku belum bisa menghitung
Berapa banyak yang telah kau berikan padaku
Dari dulu hingga sekarang ini
Kepada bapak dan ibu
Yang mengajarkan ketidaktahuan ku

Kenapa aku belum bisa menghargai
Bahwa dirimulah yang telah membesarkanku
Dengan penuh kasih sayang
Kepada bapak dan ibu aku tak mengerti mengapa
Kau mau mengorbankan segala sesuatu untuku

Kenapa aku belum sempat berterimakasih
Karena telah melahirkanku
Dari darah dan dagingmu sendiri
Kepada bapak dan ibu
Bisakah aku membalas semua hal itu

Kepada bapak dan ibu bisakah
Suatu saat aku menjadi seperti dirimu

[Poem] WAKTU

Apakah kau tahu apa itu waktu?
Waktu itu?
Sesuatu yang tak kembali
Dia berjalan seiring detak jantungmu
Dan kau akan terus mendengarnya berdetik
Waktu ini?
Hasil dari apa yang ku perjuangkan
Harapan untuk sesuatu yang kucapai
Kenyataan yang harus ku lalui
Waktu ku?
Adalah sesuatu yang berjalan diantara ke sia-siaan ku
Ialah sela diantara penyesalan-penyesalan ku
Yaitu sesuatu yang menyelinap diantara kesibukanku
Suatu lubang diantara hari-hari ku
Dan salah satu yang belum kuhargai hingga kini
Waktu mu?
Sesuatu yang akan kau tentukan sendiri

[Poem] KOTAKU

Kotaku gedung-gedung bertingkat
Yang dimana mana sumber malapetaka
Kotaku bintang-bintang gemerlap
Yang di setiap tempat wanita malam berkeliaran
Kotaku tawa riang anak pejabat
Yang berhasil menggusur rumah orang-orang pinggiran
Kotaku jalan mobil-mobil mewah
Yang di setiap sisi tempat menagis anak jalanan
Kotaku rumah orang-orang kaya
Yang dimana mana ada pencurinya
Kotaku impian banyak orang
Yang sudah datang, mereka ingin pulang

Lain waktu dan kesempatan ingatkan aku untuk menuliskan
Semua kebaikan yang ada di kotaku

[Poem] AIR MATA PURNAMA

Sang purnama baru datang dari senja
Meneteskan air mata, melihat seorang ibu tua berdoa
Mengetahui apa yang ada di pikiranya
Purnama pun berkata

Seorang ibu tua berdoa dalam senyumnya
Sang anak pun tertidur dengan senyumnya
Sang ibu berdoa dalam pikiranya
Anaknya sudah kunjung dewasa
Sang ibu berdoa dalam air matanya
Dia pergi merantau menuju kota
Sang ibu berdoa dalam hatinya
Harapkan sang anak pulang ke pelukanya
Sang ibu berdoa dalam mimpinya
Ternyata sang anak telah durhaka
Sang ibu berdoa di samping anaknya
Anaknya kini sudah meninggal dunia

Purnama mengetahui semua
Purnama terus meneteskan air mata
Purnama melewati malamnya hingga pagi tiba
Tersadar purnama hidupnya terlalu singkat baginya

[Poem] UNTUK DUKA

Hari ini tambah sepi, tambah mati
Membeku suram dingin disini
Akankah matahari bersinar kali ini
Langit dan laut tak biru lagi, kini hitam
Daun menguning lalu gugur
Tak boleh ada air mata lagi ini hari
Langkahku berat mungkin terhenti
Jika tersandung mungkin terjatuh
Sudah terlalu banyak air mata yang keluar hari ini
Sudah terlalu berat luka ini kutanggung
Cepatlah berakhir aku tidak ingin semua ini terjadi lagi
Perbuatanku sia-sia dengan membuat sesuatu
Yang akan ku tinggal pergi

Sebenarnya untuk apa?

Membekaskan luka hingga ke tulang sumsum
Ada sesuatu yang berat ku tanggung
Setiap kali bersapa dengan duka

Selamat tinggal
Mungkin suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi

[Poem] PERTANYAAN

Entah mengapa aku mau menunggunya selama ini
Sudah bertahun lamanya tak terjawab
Ingatkah kau dengan hari itu?
Disaat purnama merebahkan dirinya pada sehelai dahan
Bersamaan dengan tarian bintang di atas air
Dimana kau terdiam membisu
Ku bertanya padamu saat itu
Apakah kau mencintaiku dengan setulus hatimu?
Sepi pun menyela
Kali ini ku bertemu kembali denganmu
Kau bertanya, apakah aku masih mencintaimu?
Kembali ku bertanya, sesuatu hal yang tak terjawab olehmu
Masih ingatkah kau pada hari itu?
Kali ini kau hanya tertunduk
Dan mengeluarkan air matamu
Walaupun kau tahu bulan di atas sana
Tak akan menangis untukmu
Esok jika kita bertemu kembali
Aku tak akan bertanya padamu
Sesuatu yang tak terjawab olehmu

[Poem] SELAMAT TINGGAL PAGI

Malam itu ku disana
Kabut serta mengiringi langkah
Setiap detik tak berarti menggelincir antara siang dan malam
Entah kenapa aku tak bisa menghentikan hal itu
Dalam duniaku datang dan pergi silih berganti
Kesenangan dan kebahagiaan tak pernah meraja
Sebenarnya diantara mereka
Aku ada
Disebuah sudut yang mereka tak inginkan
Semua angan yang sudah kuciptakan
Sekarang coba tuk membawaku dalam dunianya
Dan jika aku tak bisa bertahan disini
Mungkin aku akan terhempas ke dunianya
Dunia yang berbau mimpi dan tenggelam lebih dalam
Untuk terakhir kalinya
Sampaikan salamku pada pagi
Mungkin dia akan merindukanku nanti
“Selamat tinggal pagi”