Harapan tahun lalu menjadi permintaaan maaf tahun ini
Semakin sedikit kesempatanku tuk pulang ke rumah
Ku habiskan waktuku tuk membakar beberapa ingatanku
Menyisakan sakit di kepalaku, inginnya bertemu denganmu
Kita adalah wajah baru dari kegagalan
Cantik juga tampan tetapi tak memiliki kemampuan
Juga wujud nyata dari semua rasa kesepian
Mungkin belum merupakan gambaran terburuk
Kau mengumpulkan kebiasaan burukku
Yang tak sanggup lagi kau tampung
Pohon dimana biasa kita berbaring di bawahnya
Dan ingatanku, bibirmu yang berwarna merah
Kau dan aku jika mungkin ada waktu bersatu
Aku ingin terbangun dan melihatmu ada di sisiku
Crystal Of Time
Saturday, 14 December 2013
[Poem] BICARA PADAKU
Silahkan saja jika kau habiskan harimu
Untuk menghitung semua dosa yang kau lakukan
Di hari lainya, kau memikirkan semua kegagalan
Atas semua yang terjadi pada hidupmu
Apabila tanganmu mulai gemetar
Akan ku genggam tangan itu erat
Bicaralah padaku,
Saat dimana kau pertahankan segalanya
Tetaplah bertahan,
Bertahanlah sebaik ku mengenalmu
Dan bila semua harapan itu hilang,
Tetaplah berjalan tuk melaluinya
Hari dimana kau merasakan kekalahan
Kekalahan yang seperti merenggut hidupmu
Saat hatimu telah memilih tuk menyerah
Dan seluruh rasa sakit yang tak dapat kau tinggalkan
Apabila tanganmu mulai dingin membeku
Ku jadikan tanganmu satu-satunya yang ku genggam
Bicaralah padaku
Untuk menghitung semua dosa yang kau lakukan
Di hari lainya, kau memikirkan semua kegagalan
Atas semua yang terjadi pada hidupmu
Apabila tanganmu mulai gemetar
Akan ku genggam tangan itu erat
Bicaralah padaku,
Saat dimana kau pertahankan segalanya
Tetaplah bertahan,
Bertahanlah sebaik ku mengenalmu
Dan bila semua harapan itu hilang,
Tetaplah berjalan tuk melaluinya
Hari dimana kau merasakan kekalahan
Kekalahan yang seperti merenggut hidupmu
Saat hatimu telah memilih tuk menyerah
Dan seluruh rasa sakit yang tak dapat kau tinggalkan
Apabila tanganmu mulai dingin membeku
Ku jadikan tanganmu satu-satunya yang ku genggam
Bicaralah padaku
[Poem] DALAM BUS
Pikiran ku selalu sepi walau ramai di luar
Berdiri dekat tiang dalam pintu bus, saat ku pulang dengan lelahku
Menyelusur mata dan pikiranku dari depan hingga belakang
Mencari sesuatu yang tak tentu
Di depan ku temui supir dengan keneknya
Yang seperti saudara saat mereka berkerja, satu pikiran dan tujuan
Yang akan saling membela saat macet tiba
Yang terus bersama hingga selesai pekerjaan mereka
Di samping kanan nya ku temui pelajar tekun
Yang terus membaca buku seolah tak peduli sekelilingnya
Yang penting buatnya hanya sekolah dan masa depanya
Tak penting buatnya apa yang dipikir sekelilingnya
Melopat ke kiri,
Melihat lelaki besar kuasai dua bangku
Cincin emas penuhi jarinya yang bercerutu
Dan hembuskan asap di sekelilingnya
Rakus, sebuah gambaran jelas pada mukanya
Tak jauh dari situ, terdapat dua pasang orang berlomba
Membahas dua tema yang berbeda mengeraskan suara mereka
Pemenang adalah pasangan dengan suara terkeras
Sepasang mengirikan perhatian pasangan lainnya
Beralih ke belakang, berdiri wanita dengan tubuh indahnya
Gelisahnya menutupi bagian terbuka tubuhnya
Benak ku berkata "kenapa berpakaian tak pantas jika kau tutupi"
Terlihat sekelilingnya lelaki yang senang dan bernafsu
Bisa menyentuh tubuh yang molek nanindah itu
Di dekatnya ku temui hal baru
Sepasang insan yang tengah dilanda cinta
Sangat mesra hingga tak peduli dengan sekelilingnya
Bercumbu di tengah ramanya bus kota
Entah akupun tidak tahu, diantara mereka itu
Cinta harta atau cinta nafsu?
Di sudut terbelakang ku temui nona hartawan
Tubuhnya yang di penuhi berlian coba tuk di sembunyikanya
Ketakutan akan ada seseorang yang mengambil hartanya
Selebihnya hanya semua orang yang lelah
Dengan semua hal dalam hidupnya
Mencoba menenang kan diri dengan beristirahat
Seolah menggambarkan semua jenis orang yang ada di kotaku
Lalu apa gambaran tentang diriku?
Seorang penumpang yang berdiri dekat tiang dalam pintu bus?
Yang mencoba perasaan orang satu persatu?
Dan mencoba mencari kesibukan hingga sampai di tujuanku
Berdiri dekat tiang dalam pintu bus, saat ku pulang dengan lelahku
Menyelusur mata dan pikiranku dari depan hingga belakang
Mencari sesuatu yang tak tentu
Di depan ku temui supir dengan keneknya
Yang seperti saudara saat mereka berkerja, satu pikiran dan tujuan
Yang akan saling membela saat macet tiba
Yang terus bersama hingga selesai pekerjaan mereka
Di samping kanan nya ku temui pelajar tekun
Yang terus membaca buku seolah tak peduli sekelilingnya
Yang penting buatnya hanya sekolah dan masa depanya
Tak penting buatnya apa yang dipikir sekelilingnya
Melopat ke kiri,
Melihat lelaki besar kuasai dua bangku
Cincin emas penuhi jarinya yang bercerutu
Dan hembuskan asap di sekelilingnya
Rakus, sebuah gambaran jelas pada mukanya
Tak jauh dari situ, terdapat dua pasang orang berlomba
Membahas dua tema yang berbeda mengeraskan suara mereka
Pemenang adalah pasangan dengan suara terkeras
Sepasang mengirikan perhatian pasangan lainnya
Beralih ke belakang, berdiri wanita dengan tubuh indahnya
Gelisahnya menutupi bagian terbuka tubuhnya
Benak ku berkata "kenapa berpakaian tak pantas jika kau tutupi"
Terlihat sekelilingnya lelaki yang senang dan bernafsu
Bisa menyentuh tubuh yang molek nanindah itu
Di dekatnya ku temui hal baru
Sepasang insan yang tengah dilanda cinta
Sangat mesra hingga tak peduli dengan sekelilingnya
Bercumbu di tengah ramanya bus kota
Entah akupun tidak tahu, diantara mereka itu
Cinta harta atau cinta nafsu?
Di sudut terbelakang ku temui nona hartawan
Tubuhnya yang di penuhi berlian coba tuk di sembunyikanya
Ketakutan akan ada seseorang yang mengambil hartanya
Selebihnya hanya semua orang yang lelah
Dengan semua hal dalam hidupnya
Mencoba menenang kan diri dengan beristirahat
Seolah menggambarkan semua jenis orang yang ada di kotaku
Lalu apa gambaran tentang diriku?
Seorang penumpang yang berdiri dekat tiang dalam pintu bus?
Yang mencoba perasaan orang satu persatu?
Dan mencoba mencari kesibukan hingga sampai di tujuanku
Subscribe to:
Posts (Atom)